Lidya , Dinda & Mama antri karcis di Universal Studio - Singapore
Awalnya, ia hanya seutas
benang. Faktanya, bahkan ia jauh beribu-ribu lebih
halus dari benang yang kita tahu.
Tipis, kecil, tak terlihat dan terabaikan.
Anehnya, setiap kita melakukan
sesuatu yang sama, ia menebal. Melakukan
sekali lagi, iapun kembali menebal
sekali lagi. Pengulangan menebalkan
sekaligus menguatkan benang yang
tadinya hanya seutas itu.
Sehari, seminggu, sebulan,
setahun..benang itupun semakin kuat. Setelah
kuat, benang itu segera menunjukkan
kekuasaannya. Mereka (karena tidak lagi
sehelai) mengontrol kehidupan
seseorang, tanpa disadari. Menguasai cara
berkata-kata, bertindak, bahkan
setiap reaksi terhadap sesuatu.
Kekuasaan merekapun beragam, ada
yang positif dan memuliakan, namun ada
pula yang negatif, mengungkung,
memperbudak, menjerumuskan. Semuanya tergantung "penguatan" yang
dilakukan tuannya. Di titik inilah
mereka bisa jadi "senjata
pamungkas" atau "senjata makan tuan". Sekali
lagi, semua ditentukan oleh kita,
tuannya.
Benang itu adalah : neuro (syaraf)
kita.
Jalinannya yang kuat membentuk
"kebiasaan" kita. Akhirnya bermuara pada "karakter".
Kita adalah Sang Tuan, yang lewat
pengulangan sikap, cara berpikir, reaksi dan sensasi, menyebabkan mereka
'berkembak-biak'. Menebal, menguat kemudian menguasai.
Menjadi demikian "otomatis" namun
jika disadari, proses menenunnya ternyata jauh dari otomatis.
Satu kata, satu tatapan, satu senyum
ramah, satu kepedulian, satu
kebaikan, satu ketulusan, satu
amarah, satu dusta, satu kelicikan...
SELALU berupa penguatan!
“The beginning of a habit is like an
invisible thread, but every time we
repeat the act we
strengthen the strand, add to it another filament, until
it becomes a great cable and
binds us irrevocably, thought and act” (Orison
Swett Marden)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar