"Ibarat harapan seorang penggali sumur, jika galiannya belum mengeluarkan air, maka dia akan terus berusaha memperdalam galian sampai akhirnya mengeluarkan air. Begitupun kita dalam beribadah dan berdo`a. Jika kita belum merasakan nikmat atau manisnya beribadah dan doa belum dikabulkan, teruslah berusaha jangan pernah berputus asa, mungkin masih terhalang oleh dosa-dosa yang kita perbuat. Berkaitan dengan putus asa, Alloh berfirman : "..Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf : 87) Untuk itu, optimislah dalam berdoa dan beribadah, jauhilah rasa putus asa. Semoga Alloh SWT menjadikan kita hambanya yang kuat. Amin Wassalamualaikum !
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Album Anggota Keluarga

Hidup Ini Pilihan

Senin, 26 November 2012

. . . Kancil , Si pencuri kecil . . . .

Djodi , Lelly , Lidya & Dinda

Di sebuah hutan, tinggal berbagai jenis hewan. Mereka bebas melakukan apapun, tetapi ada satu hal yang pantang dilakukan para hewan, yaitu mencuri barang milik hewan lain. Para hewan tinggal bersama dengan damai, mereka tidak pernah berminat mencuri barang milik hewan lain. Hingga pada suatu hari, beberapa hewan melaporkan telah kehilangan beberapa barang.

Disusunlah strategi untuk menangkap sang pencuri. Singkat cerita, strategi itu berhasil, tertangkaplah seekor kancil remaja yang kedapatan mencuri barang milik keluarga monyet. Agar sang kancil dapat diadili, dia dibawa kepada sang Raja Hutan. Di sana, sang Raja Hutan memberi hukuman, tetapi sebelum dihukum, sang kancil meminta agar bisa bertemu dengan ibunya.

Raja Hutan mengabulkan permintaan itu, ibu kancil dibawa ke muka pengadilan hutan untuk melihat anaknya sebelum dihukum.
Kemarilah ibu, aku ingin mengatakan sesuatu,” ujar sang kancil.
Sang ibu kancil lalu berjalan ke tengah pengadilan.
Wahai saudara-saudara, aku mengaku bahwa aku salah telah mencuri barang dari keluarga monyet,” ujar sang kancil, “Tetapi jika kalian ingin tahu siapa yang bertanggung jawab atas kesalahanku, maka orang itu adalah ibuku,

Warga hutan yang mendengar hal itu terkejut. Bahkan sang ibu kancil juga terkejut.
“Waktu masih kecil..” lanjut sang kancil, “Aku sering mencuri beberapa barang kecil milik kalian, buah-buahan atau makanan. Aku sering memperlihatkan hasil curianku pada ibu, dan dia hanya tertawa, menganggap kesalahanku sangat kecil sehingga tidak menghukumku. Karena itulah aku menganggap bahwa mencuri adalah hal yang biasa, sehingga menjadi kebiasaan hingga dewasa,”
***
Sahabat, moral cerita di atas menunjukkan bahwa tanggung jawab orang tua sangatlah besar. Mereka tidak hanya bertanggung jawab memberi makan dan membesarkan anak-anak, tetapi juga menanamkan moral dan tingkah laku yang baik. Seringkali orang tua menyalahkan anak, padahal apa yang dilakukan anak adalah bagian dari pembentukan karakter yang menjadi tanggung jawab orang tua.

Jika anak sering melakukan kesalahan, jangan terus menerus menyalahkan dia saja, bercerminlah dan lihat kembali apakah yang Anda ajarkan atau apa yang Anda terapkan sudah sesuai. Jangan sampai orang tua mengalami hal yang sama seperti ibu kancil, membiarkan kebiasaan buruk kecil menjadi hal yang biasa, sehingga terbawa hingga dewasa.

Semoga kisah di atas bisa menjadi inspirasi para orang tua.

Keluarga Besar  H. Idris  Kartowirono

Jumat, 23 November 2012

". . Hanya saja aku tidak bisa melihatnya . . . ."




Seorang anak kecil duduk diantara anak tangga di sebuah bangunan dengan topi di kakinya.

Dia memegang sebuah papan yang bertuliskan : "Aku buta, tolong aku."
Saat itu hanya ada beberapa koin saja di dalam topinya.

Kemudian seorang pria melintas di depannya.
Pria itu mengambil beberapa koin dalam kantongnya dan menaruhnya ke dalam topi anak tersebut.
Pria itu kemudian mengambil papan pada anak kecil itu, membalikkan papan itu dan menulis sesuatu disana, lalu memberikannya kembali dan berjalan meninggalkan anak kecil tersebut.

Sesaat kemudian begitu banyak orang yang memberikan uang kepada anak kecil yang buta itu dan segera topi itu terisi semakin penuh.
Pada sore harinya pria yang mengganti tulisan di papan tadi, melintas kembali untuk melihat perubahan apa yang terjadi.

Anak kecil itu mengenali suara langkah kakinya dan bertanya, "Apakah kamu yang mengganti tulisan pada papanku pagi hari ini?
Apa yang kamu tulis?"
Pria tersebut menjawab, "Aku menulis apa yang kamu tulis, hanya saja dengan cara yang berbeda.
Aku menulis : "HARI INI HARI YANG INDAH, HANYA SAJA AKU TIDAK BISA MELIHATNYA"

Kedua kalimat tersebut memberi arti yang sama bahwa anak kecil itu tidak bisa melihat karena ia buta.

Kalimat 1 memberitahukan secara langsung bahwa anak kecil tersebut buta.

Sedangkan kalimat 2 memberitahukan bahwa anak itu mensyukuri hari ini walau ia tidak bisa melihat indahnya, dan mereka sungguh beruntung bahwa mereka tidak buta.

Yang bisa kita petik dari cerita ini adalah Berpikir dengan cara yang positif.
Ketika hidup memberi kita 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa hidup juga memberi kita 1.000 alasan untuk tersenyum.

Bersyukurlah atas apa yang kita miliki.

Wassalam
Keluarga Besar Idris Kartowirono