"Ibarat harapan seorang penggali sumur, jika galiannya belum mengeluarkan air, maka dia akan terus berusaha memperdalam galian sampai akhirnya mengeluarkan air. Begitupun kita dalam beribadah dan berdo`a. Jika kita belum merasakan nikmat atau manisnya beribadah dan doa belum dikabulkan, teruslah berusaha jangan pernah berputus asa, mungkin masih terhalang oleh dosa-dosa yang kita perbuat. Berkaitan dengan putus asa, Alloh berfirman : "..Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf : 87) Untuk itu, optimislah dalam berdoa dan beribadah, jauhilah rasa putus asa. Semoga Alloh SWT menjadikan kita hambanya yang kuat. Amin Wassalamualaikum !
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Album Anggota Keluarga

Hidup Ini Pilihan

Jumat, 21 Juni 2013

Cahaya Kehidupan


                                                           Eyang Taty &  grandaughter

Alkisah, Putri diterima di perguruan tinggi dan harus pindah ke luar kota. Orangtuanya membelikan sebuah rumah mungil yang sudah direnovasi , selain untuk investasi, juga untuk membantu kelancaran putri semata wayangnya yang sekarang mulai duduk di bangku kuliah. 
Sebagai anak tunggal, semua kebutuhan Putri disediakan oleh orangtuanya, bahkan tanpa diminta sekalipun.

Setelah pindah beberapa hari, Putri sadar, di sebelah tempat tinggalnya ada rumah yang tampak sangat sederhana, dengan tiga orang penghuni di dalamnya , seorang ibu muda dengan dua anaknya.

Suatu malam, terjadi hal yang tidak diinginkan. 
Lampu mati! 
Putri segera meraih telepon genggamnya dan menyalakan layar untuk menerangi sekitarnya. "Huuh…..apa-apaan nih! Mana mau ngerjain tugas, pakai mati lampu segala!" keluh Putri dengan perasaan jengkel.

Tidak lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu berulang-ulang diikuti teriakan nyaring, "Kakaaak... Kakaaak!
Putri membalas berteriak dari dalam, "Hai… Siapaaaa?"
"Saya. Kak. Anak sebelah rumah. Kakak punya lilin..?"

Sambil berjalan menghampiri pintu, Putri sempat berpikir, "Anak sebelah tuh, jangan-jangan mau minta-minta. Nanti jadi kebiasaan minta deh." 
 Jadi segera dijawab, "Tidak punyaaa!"
"Tolong buka pintunya Kak," kata anak itu mengulang, bertepatan ketika si Putri telah di ambang pintu, dan membukanya.

"Kak, saya dan mama khawatir.. Di sini kan sering mati lampu. Kakak orang baru, pasti belum tersedia lilin. Ini Kak, mama menyuruh saya untuk membawakan lilin untuk kakak," seraya tangan mungilnya mengangsurkan 2 batang lilin ke arah Putri.

Putri sejenak terpana, dia segera jongkok dan memeluk tubuh mungil di hadapannya sambil mengeluarkan suara tercekat. "Terima kasih, adik kecil. Tolong sampaikan ke mamamu ya, terima kasih.."

Putri malu pada dirinya sendiri yang telah berpikiran jelek dan tidak menyangka bahwa tetangganya yang tampak begitu sederhana justru menunjukkan kebesaran jiwa dengan mengkhawatirkan dirinya dan bahkan memberi lilin, seolah cahaya kehidupan. 
Bukan seperti pemikirannya, bahwa si miskin yang datang mengetuk pintu pasti bertujuan untuk mengganggu dan meminta tolong atau menyusahkan kita saja.

Perasaan tidak nyaman dan prasangka buruk sering kali menguasai saat teman atau kerabat yang tidak mampu mengetuk pintu rumah kita atau menghubungi kita. Jangan-jangan.. cuma mau minta tolong. Sesungguhnya, jika ada teman atau kerabat yang sedang kesusahan, bukankah kita sedang diberi kesempatan untuk berbuat baik? Seperti hukum alam mengajarkan filosofi "tabur-tuai". Tanpa menabur kebaikan, bagaimana mungkin kita berharap bisa menuai kebaikan di masa depan? Mari kita melatih dan membiasakan jika ada kesempatan membantu orang lain. Tentu merupakan suatu kebahagiaan jika ada kesempatan untuk meringankan beban orang lain.

Senin, 17 Juni 2013

Kakek Yang Jujur

  
Saat  kumpul di  Ciapus

Suatu hari, ketika seorang kakek, penebang kayu, sedang menebang pohon, ia kehilangan satu2nya kapak yang ia punya karena terjatuh ke sungai.
Dia menangis & berdoa, hingga muncul malaikat dan bertanya kepadanya:
Mengapa engkau menangis?”
Sambil terisak si kakek bercerita tentang satu2nya kapak alat pencari nafkahnya telah terjatuh ke dalam sungai.

Malaikat menghilang seketika & muncul kembali dengan membawa Kapak Emas sambil bertanya: “Apakah Ini Kapakmu?”
Bukan,” jawab kakek Itu.
Lalu malaikat menghilang lagi & muncul kembali dengan membawa Kapak Perak sambil bertanya lagi: “Apakah ini kapakmu?
Bukan,” sahut kakek itu sambil menggelengkan kepala.

Setelah menghilang sekejap, malaikat itu kembali lagi dengan membawa kapak yang jelek dengan gagang kayu & mata besi. “Apakah ini kapakmu?”,
Ya, benar ini kapak saya."
“Kamu adalah orang jujur, oleh karenanya aku berikan ketiga kapak ini untukmu Sebagai imbalan atas kejujuranmu!”
Kakek itu pulang ke rumah dengan rasa syukur & sukacita.

Beberapa hari kemudian, ketika menyeberangi sungai, isterinya terjatuh & hanyut ke dalam sungai.
Si kakek menangis dengan sedih & berdoa.
Muncullah pula malaikat yang memberinya 3 Kapak tempo hari.

Mengapa engkau menangis?”,
Isteriku satu2nya yang amat kucintai terjatuh & hanyut ke dalam sungai.”.

Lalu malikat menghilang & muncul kembali dengan membawa Ayu Azhari sambil bertanya “Apakah ini isterimu?”,
“Ya.” Jawab sang  kakek

Malaikat amat murka & berkata “Kamu bohong! Kemana perginya kejujuranmu?

Dengan ketakutan sambil gemetaran kakek itu berkata,

Jika aku tadi menjawab bukan, engkau akan kembali lagi dengan membawa Vitalia & jika kujawab lagi bukan, engkau akan kembali dengan membawa isteriku yang sebenarnya & saya pasti akan menjawab benar, lalu engkau akan memberikan ketiganya untuk menjadi isteriku.

Saya ini orang tua renta... Tidak mungkin saya bisa seperti Ahmad Fathonah...

Please dehhh Malaikat.
 

Kamis, 13 Juni 2013

J E J A K



 Saat kumpul di Ciapus

Banyak orang masuk ke dalam kehidupan kita, satu demi satu datang dan pergi silih berganti. Ada yang tinggal untuk sementara waktu dan meninggalkan jejak-jejak di dalam hati kita dan tak sedikit yang membuat diri kita berubah.
 
Alkisah seorang tukang lentera di sebuah desa kecil, setiap petang lelaki tua ini berkeliling membawa sebuah tongkat obor penyulut lentera dan memanggul sebuah tangga kecil. Ia berjalan keliling desa menuju ke tiang lentera dan menyandarkan tangganya pada tiang lentera, naik dan menyulut sumbu dalam kotak kaca lentera itu hingga menyala lalu turun, kemudian ia panggul tangganya lagi dan berjalan menuju tiang lentera berikutnya.


Begitu seterusnya dari satu tiang ke tiang berikutnya, makin jauh lelaki tua itu berjalan dan makin jauh dari pandangan kita hingga akhirnya menghilang ditelan kegelapan malam. Namun demikian, bagi siapapun yang melihatnya akan selalu tahu kemana arah perginya pak tua itu dari lentera-lentera yang dinyalakannya.


Penghargaan tertinggi adalah menjalani kehidupan sedemikian rupa sehingga pantas mendapatkan ucapan: "Saya selalu tahu kemana arah perginya dari jejak-jejak yang ditinggalkannya."


Seperti halnya perjalanan si lelaki tua dari satu lentera ke lentera berikutnya, kemanapun kita pergi akan meninggalkan jejak. Tujuan yang jelas dan besarnya rasa tanggung jawab kita adalah jejak-jejak yang ingin diikuti oleh putera puteri kita dan dalam prosesnya akan membuat orang tua kita bangga akan jejak yang pernah mereka tinggalkan bagi kita.


Tinggalkanlah jejak yang bermakna, maka bukan saja kehidupan anda yang akan menjadi lebih baik tapi juga kehidupan mereka yang mengikutinya.