Seorang raja beserta pengiringnya berpapasan dengan seorang pengemis.
Sang
raja menyapa pengemis ini:
“Apa yang engkau minta?”
Si pengemis
berkata:
“Tuanku bertanya, seakan² anda mampu”.
Sang raja
merasa tertantang, “Tentu saja aku mampu!"
Jawablah si pengemis,
“Jangan Sembarangan berjanji Tuan”.
Rupanya dia bukan sembarang
pengemis.
Namun raja tidak merasakan hal itu.
Timbul rasa
angkuh & tak senang pada diri raja.
“Apapun juga! Aku orang
kaya-raya”.
Si pengemis itu mengeluarkan mangkuknya:
“Tuanku
tolong isi ini dengan emas hingga penuh”.
Raja menjadi geram.
Segera
ia memerintahkan bendahara utk mengisi penuh mangkuk dengan emas!
Anehnya,
emas dalam pundi² besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk.
Bahkan
seluruh perbendaharaan kerajaan: emas, intan berlian dan lain lain telah
habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.
Akhirnya
sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis.Terbata² ia bertanya,
“Tolong jelaskan terbuat dari apakah mangkuk ini?”
Pengemis itu
menjawab sambil tersenyum, “Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia
yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam
hidupnya.
Ada kegembiraan, gairah memuncak di hati, pengalaman
kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan
keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada
lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk
dalam mangkuk yang tak beralas itu.
Begitu saja seterusnya,
selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah merasa
puas.
'Power tends to corrupt' kekuasaan cenderung untuk berlaku
tamak”.
Raja itu bertanya lagi , “Adakah cara untuk dapat menutup
alas mangkuk itu?”
“Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Tuhan.
Jika
engkau pandai bersyukur, Tuhan akan menambah berkat padamu.”, ucap sang
pengemis itu.