"Ibarat harapan seorang penggali sumur, jika galiannya belum mengeluarkan air, maka dia akan terus berusaha memperdalam galian sampai akhirnya mengeluarkan air. Begitupun kita dalam beribadah dan berdo`a. Jika kita belum merasakan nikmat atau manisnya beribadah dan doa belum dikabulkan, teruslah berusaha jangan pernah berputus asa, mungkin masih terhalang oleh dosa-dosa yang kita perbuat. Berkaitan dengan putus asa, Alloh berfirman : "..Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf : 87) Untuk itu, optimislah dalam berdoa dan beribadah, jauhilah rasa putus asa. Semoga Alloh SWT menjadikan kita hambanya yang kuat. Amin Wassalamualaikum !
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Album Anggota Keluarga

Hidup Ini Pilihan

Minggu, 14 Juli 2013

Pertemuan Keluarga Besar di rumah Toni Soenardi

 Pertemuan  Keluatga Besar  di  rumah  Toni  Soenardi  ,  sayang . .  .redaksi  tidak  mendapatkan  info  kapan  pertemuan  ini  diadakan , jika  berkenan  mohon   info ke : adindagolid@yahoo.com ,  berikut  photo - photo  pada  acara  tersebut :


























Rabu, 10 Juli 2013

Berhenti menjadi tawanan pikiran negatif

 
 Keluarga Eyang Soenardi ( Ishak )

Di British Columbia, dibangun sebuah penjara baru untuk menggantikan penjara Fort Alcan lama yang sudah digunakan untuk menampung para narapidana selama ratusan tahun. Setelah para napi dipindahkan ke tempat tinggal mereka yang baru, mereka menjadi bagian dari pasukan pekerja untuk mencopoti kayu, alat-alat listrik, dan pipa yang masih dapat digunakan dari penjara lama. Di bawah pengawasan para penjaga, napi-napi itu mulai melucuti dinding-dinding penjara lama.

Saat mereka melakukannya, mereka terperanjat oleh apa yang mereka temukan. Walaupun gembok-gembok besar mengunci pintu-pintu logam, dan batangan-batangan baja dua inci menutupi jendela sel-sel, dinding-dinding penjara itu sebenarnya terbuat dari kertas dan tanah liat, dicat sedemikian rupa sehingga menyerupai besi! Jika ada dari para narapidana yang memukul atau menendang dinding itu dengan keras, mereka dengan mudah dapat membuat lubang di situ, dan melarikan diri. Selama bertahun-tahun, bagaimanapun juga, mereka tinggal berjubel dalam sel-sel terkunci mereka, menganggap bahwa melarikan diri adalah  sesuatu yang mustahil.

Tak seorang pun pernah MENCOBA melarikan diri, karena mereka BERPIKIR itu mustahil.

Dear friend . . .
Saat ini pun banyak orang yang terpenjara dan berpikir mereka tidak mampu lagi untuk keluar dari penjara tersebut. Ya… mereka terpenjara oleh pikiran negative yang ada dalam dirinya. Mereka memiliki impian besar, namun mereka terpenjara oleh rasa takut. Mereka tak pernah berusaha mengejar impian – impian tersebut karena berpikir hal tersebut merupakan sesuatu yang mustahil. Mereka enggan mengejar impiannya karena menganggap mereka memiliki keterbatasan dalam dirinya.

Memiliki impian besar adalah sesuatu yang mulia. Jangan pernah mengubur semua impian anda hanya karena keterbatasan yang ada pada diri anda. Banyak sekali orang-orang yang sukses memiliki keterbatasan dalam hidupnya. 


Banyak para konglomerat yang ada pada saat ini terlahir dari keluarga yang miskin, banyak pengusaha dan pebisnis besar yang memulai usahanya dengan modal dengkul alias nol, banyak tokoh-tokoh besar di dunia yang memiliki kekurangan fisik, banyak pula orang-orang besar yang tidak mengenyam pendidikan formal. Namun mereka telah membuktikan bahwa kekutan impian dan cita-citalah yang membuat mereka termotivasi untuk gigih memperjuangkan kehidupannya.

Bagaimana dengan kita?
Ingin menjadi orang2 yang terpenjara oleh rasa takut dan pikiran negatif...
Atau berusaha mendaobrak keterbatasan dan kemudian mampu mengukir sejarah kita.


Semua hal-hal yang besar berawal dari keberanian untuk memulai  (Sally Berger)

Berlarilah Sebelum Gigit Jari

 
 Kumpul Keluarga Besar di Ciapus

Apa yang akan dilakukan oleh seorang Atlet lomba lari ketika wasit menembakkan pistol tanda perlombaan dimulai? ya, mereka akan berlangsung berlari secepat mungkin menuju garis finish.
 

Apa yang dilakukan team sepakbola atau team olahraga lain ketika wasit meniup tanda pertandingan dimulai? ya.. mereka akan langsung tancap gas berusaha mengungguli team lawannya.

Apa yang terjadi ketika mereka tidak langsung tancap gas dan berlari? tentunya mereka akan tertinggal jauh oleh peserta lainnya, dan ketika mereka sadar, mereka akan terpana (tidak percaya) karena telah jauh tertinggal oleh peserta lainnya.

Dalam kehidupan ini pun kita berlomba. Allah memberikan peluang yang sama pada setiap hambanya, untuk berlari secepat mungkin menuju garis finish mereka. Allah memberikan peluang pada kita untuk berlomba-lomba menjadi yang terbaik (fastabikhul khoirot)

Namun, fenomena yang banyak kita temui adalah justru banyak orang yang bersantai ketika perlombaan telah dimulai. mereka tidak sadar kalau mereka telah tertinggal jauh dari rekan-rekan seusianya yang terus berusaha keras berlari menuju impiannya. dan ketika mereka sadar mereka akan terpana dan berkata dalam hati... "kok yang lain sudah mapan, gw masih begini aja", "kok yang lain sudah nyaman, gw masih kerja keras".

BERLARILAH SEBELUM TERLAMBAT!!!
Kerjakanlah sesuatu yang sederhana dari hal yang bisa anda lakukan saat ini, mulailah dari hal-hal yang kecil dan jangan pernah meremehkan langkah kecil tersebut. 


Bukankah ribuan kilometer akan bisa ditempuh kalau kita memulai langkah pertama? Seseorang pun tidak bisa langsung naik ke lantai kelima, tetapi dia harus menaiki dan melewati satu demi satu anak tangga barulah sampai pada tingkat lima.

Perjalanan yang jauh hanya akan tercapai kalau langkah pertama diambil.
Bahkan seekor siput pun dapat menempuh jarak yang sangat jauh

Rahasia besar yang harus diketahui tentang orang-orang besar yang berhasil mewujudkan mimpinya adalah mereka tidak langsung berhasil mewujudkan mimpi besarnya itu, tetapi mereka dengan sabar melakukan aktivitas yang pada saat itu bisa mereka lakukan kendatipun itu adalah hal yang kecil. Dan mereka mnenyadari bahwa setiap aktivitas yang mereka lakukan adalah bagian dari langkahnya untuk mewujudkan impian-impian besarnya tersebut.

BERLARILAH SEBELUM MENYESAL!!!
Banyak mahasiswa yang ketika kuliah mereka santai, tapi menyesal saaat teman-teman yang lainnya lulus dan dia belum mengerjakan apa-apa.
 

 Banyak pelajar yang santai dan menyesal ketika di akhir tahun ajaran harus menerima kenyataan tidak lulus.

Banyak orang yang ketika masih mudanya lebih banyak santai dan bermain menyesal karena ketika sudah menjelang tua mereka belum mendapatkan apa-apa.

BERLARILAH SEBELUM GIGIT JARI!!!

Terima Kasih Pak Tentara


 
Eyang Soenardi ( Ishak ) dan eyang Nasir ( Acing )

Seorang NAPI Politik yang cerdas di Negara Kesatuan Republik Mimpi mendapat surat dari ayahnya yang petani.

Bunyi suratnya, "Nak, bapakmu ini sudah tua, sekarang sedang musim tanam jagung, sementara kamu sedang di penjara, siapa yang mau bantu bapak mencangkul ladang jagung itu?"

Si Napi membalas surat ayahnya, "Demi Tuhan, bapak jangan mencangkul ladang kita. Saya menanam emas batangan disana!"

Rupanya surat itu disensor pihak rumah tahanan, maka keesokan harinya setelah si bapak terima surat, datang satu peleton tentara ke desa ayah si Napi. Tanpa banyak bicara mereka segera ke ladang jagung dan sibuk seharian mencangkul tanah di kebun tersebut.

Setelah mereka pergi, ayah sang napi mengirim surat lagi. "Nak, setelah bapak terima suratmu, datang satu peleton tentara yang langsung mencangkul ladang kita. Apa yang harus bapak lakukan sekarang?"
Si anak kembali membalas surat tersebut, "Bapak sekarang bisa mulai tanam jagung, dan jangan lupa ucapkan terimakasih sama para tentara itu."

Pihak Lapas yang menyensor surat terakhir si Napi, hanya bengong dengan mulut melompong....



Kebahagian Itu Menular

 
 Saat pengajian Keluarga Besar di Cilangkap

"For every minute you are angry you lose sixty seconds of happiness."
-- Ralph Waldo Emerson

Angka sudah menunjukkan pukul enam lewat lima menit. Sebuah taksi berhenti di depan rumah di satu kompleks perumahan. Tak sampai tiga menit, seorang pria paruh baya bergegas masuk ke dalam taksi tersebut. Dalam perjalanan menuju kantornya yang terletak di daerah Kuningan, sesekali laki-laki tersebut berdendang riang, sambil membaca beberapa berkas yang dibawanya. Sang sopir menyapanya dengan ramah, "Pagi ini cerah sekali ya Pak, semoga hari ini tidak hujan.
Ditanya begitu, pria muda itu tersenyum kecil, "Betul, hari sungguh indah sekali. Semoga semuanya berjalan lancar hari ini."

Dalam perjalanan, terdengar obrolan santai antara sang sopir dengan pria muda itu. Setelah merambah jalanan ibukota selama hampir empat puluh lima menit, kendaraan transportasi plat kuning tersebut sampai juga di tempat tujuan. Pria muda itu mengambil uang dari dompetnya. Diberikannya selembar pecahan lima puluh ribuan. Argo di taksi menunjukkan angka tiga puluh empat ribu lebih.
"Ini kembaliannya Pak," kata si sopir taksi.
"Ambil saja untuk bapak kembaliannya," kata pria muda tersebut sambil tersenyum.
"Wah, terimakasih banyak Pak!" terlihat senyum penuh sumringah diwajah sang sang sopir taksi.

Pagi itu, sang sopir taksi belum sarapan. Ia segera menuju kedai makanan yang tak jauh dari gedung yang baru saja disinggahinya. Sudah seringkali ia mengantarkan penumpang ke gedung itu, jadi ia sudah hafal dimana letak kedai-kedai makanan. Sang sopir makan dengan begitu lahapnya. Setelah selesai, ia pun membayar harga makanan yang disantapnya.
"Berapa semuanya Mbok?" tanyanya.
"Biasa mas, tujuh ribu," jawab si Mbok.
"Nih Mbok, sisanya untuk si Tole anak Mbok ya," si sopir memberikan selembar uang sepuluh ribu.
"Matur nuwun," kata si Mbok dengan senang.

Tole, anak si Mbok, masuk sekolah siang hari. Dari sedikit kelebihan uang yang diperoleh dari sopir taksi pagi hari tadi, si Mbok membekali Tole bekal makan lebih dari biasanya. Si Tole dibekali dua roti isi coklat. Biasanya si Mbok hanya memberinya satu buah roti. Si Tole girang bukan kepalang. Ketika jam istirahat sekolah berbunyi, Si Tole siap membuka bekal yang dibawakan oleh ibunya. Saat hendak menyantapnya, dilihatnya teman sebangkunya hanya memperhatikannya saja. Tanpa pikir panjang, diberikannya satu roti kepada temannya. Merekapun tertawa riang sambil makan bersama.

Cerita mungkin masih terus berlanjut. Pria muda merasa bahagia. Sang sopir begitu pula. Si Mbok pun ikut bahagia. Si Tole juga dapat berbagi bekal dengan temannya. Ternyata, kebahagiaan dapat menular kepada siapa saja, menular dan menyebar melalui kelompok-kelompok sosial dimana kita hidup.

Banyak penelitian membuktikan demikian. Satu contoh, antara tahun 1971 hingga 2003, dalam penelitian yang disebut Framingham Heart Study, didapatkan bahwa sekitar 5000 orang dewasa yang diteliti, ternyata dapat menularkan kebahagiaan yang dialaminya ke orang-orang sekelilingnya meski jaraknya cukup jauh, sekurangnya setengah mil. Bahkan Prof. Andrew Steptoe, seorang psikolog dari Universitas College London mengatakan, "Yang lebih mengejutkan lagi adalah penularan ini tak hanya terjadi pada mereka yang memiliki hubungan dekat, melainkan juga mereka yang justru ingin terpisah dari kelompok."

Kebahagiaan merupakan suatu pilihan hidup. Dan jelas, pasti menular. 
Nah, bagaimana, Anda dapat menularkan kebahagiaan yang Anda miliki sekarang juga?
 

Kamis, 04 Juli 2013

Segelas Fanta


 Kumpul bocah  di pertemuan keluarga Ciapus
  
Konon suatu hari, Om William Soeryajaya yang saat itu usahanya belumlah seraksasa Astra Group  saat ini, datang ke kantor pada pagi hari dan segera disambut oleh seorang Office Boy yang meletakkan segelas minuman di meja kerja Om William. 

"Selamat pagi Tuan" demikian sapa sang Office Boy dengan sopan yang disambut dengan anggukan dan sambil meletakkan koran di meja, 

Om William pun balas menyapa "Kamu masih baru ya? sudah berapa lama kamu kerja disini?" 
 "Kira-kira satu bulan Tuan" jawabnya

OW: "Bagaimana? Kamu suka kerja disini?"
OB: "Ya Tuan, saya suka bekerja disini"
OW: "Baiklah kalau begitu"
OB: "Maaf Tuan, apakah saya boleh menyampaikan sesuatu?"
OW: "Apa itu?"
OB: "Saya mau minta dibelikan selusin gelas untuk para tamu di kantor ini Tuan"


Di zaman itu Coca Cola, Fanta & Sprite adalah trend yang dipandang praktis sebagai minuman yang disuguhkan kepada tetamu yang datang ke kantor Om William di kantor Pusat Astra Jl. Juanda.
 
OB: "Tuan, seringkali sebotol minuman yang kita suguhkan tidak dihabiskan, kalau saya menggunakan gelas yang saya isi es batu maka sebotol bisa untuk dua orang"
Dahi Om William pun sempat berkerut namun kemudian mengangguk tanda setuju dan memberikan sejumlah uang kepada si Office Boy itu untuk membeli gelas.

Sebulan berlalu dan dalam sebuah kesempatan si Office Boy menyapa Om William kembali untuk menyampaikan isi hatinya.

OW: "Ya, ada apa?"
OB: "Maaf Tuan, apakah saya boleh minta uang untuk beli gelas lagi?"
OW: "Memangnya kenapa dengan gelas yang dulu kamu beli?"
OB: "Gelas itu terlalu besar Tuan, dan sebagian tamu yang datang tidak menghabiskan minumannya, saya ingin membeli gelas yang lebih kecil"


Om William pun setuju dan kembali memberikan sejumlah uang untuk membeli gelas kecil, dan si Office Boy itu pergi membeli selusin gelas kecil yang saat itu lazim disebut gelas belimbing"

Sekian waktu berlalu, dan kali ini si Office Boy mengetuk pintu ruang kerja Om William, "Ya, masuklah"
Si Office Boy pun masuk dan belum sempat berkata-kata, Om William langsung berkata "kali ini kamu jangan lagi minta uang untuk beli gelas ukuran 'sloki' ya!"

Si Office Boy nampak gelisah dan berusaha menjelaskan "Maaf Tuan, saya tidak bermaksud minta uang untuk beli gelas lagi, saya hanya ingin minta ijin agar diperbolehkan menanyakan kepada para tamu itu, apa jenis minuman yang sebenarnya mereka suka"

Om William yang penasaran masih belum berkata-kata dan si Office Boy melanjutkan perkataanya "Karena ada beberapa gelas yang tidak diminum sama sekali dan mungkin itu karena mereka tidak suka, itulah sebabnya saya perlu menanyakannya".
 
Om William pun tertegun sejenak sambil mengangguk-angguk tanda setuju.

"Pastikan apapun perbuatan dan hasil hari ini lebih baik dari hari-hari sebelumnya"

Allah berfirman dalam surah Al-Hasyr ayat 18 yang artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Nabi saw pernah mengatakan bahwa "Siapa yang hari ini sama seperti hari kemarin maka dia orang merugi. Siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia orang yang beruntung. Maka siapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia orang yang terlaknat".

Rabu, 03 Juli 2013

Satu Kalimat, Dua Persepsi


Dimas Sekarmaji , putra eyang Soenardi ( Ishak )

"The eye of a human being is a microscope, which makes the world seem bigger than it really is."-- Kahlil Gibran

ADA seorang saudagar kaya raya. Satu hari, sang saudagar jatuh sakit. Umurnya memang sudah tak lagi muda. Hampir mendekati uzur. Ia sudah merasa waktunya di dunia ini sudah habis. Sebelum wafat, ia meninggalkan wasiat kepada kedua anaknya. 

Wasiat pertama, bila ada yang berutang, janganlah engkau tagih. Untuk wasiat kedua, bila keluar rumah, janganlah sampai engkau terkena sinar matahari.

Beberapa hari kemudian, sang saudagar wafat. Ia pun dikebumikan di pemakaman dekat rumah. Setelah sang saudagar wafat, kehidupan berjalan normal kembali seperti biasa. Semua pesan yang diamanahkan sang saudagar kepada anaknya, benar-benar dijalankan oleh kedua anaknya tersebut.

Setelah beberapa tahun kemudian, kedua anak tersebut sibuk dengan masing-masing urusannya. Mereka mencari nafkah dan tinggal di dua kota yang berbeda. Akhirnya, setelah lima tahun tak pernah berjumpa, mereka bertemu kembali di kediaman mereka dimana mereka pernah dibesarkan dahulu.

Ada perbedaan mendasar dari kedua anak tersebut. Anak pertama, ternyata hidupnya begitu miskin. Sedangkan anak kedua, terlihat sangat makmur. Kekayaan melimpah ruah.

Sang Ibu yang telah renta pun bertanya kepada kedua anaknya. Ketika ditanya mengapa bisa terjadi perbedaan yang begitu mencolok, keduanya menjawab karena melaksanakan amanah yang ayah wasiatkan kepada mereka.

Sang anak pertama menjelaskan, bahwa ia menjalankan wasiat yang diberikan ayahnya, 'Jangan menagih utang kepada orang yang berutang kepadaku, maka setiap orang yang berutang, tak pernah aku menagihnya, makanya aku bankrut.' 

Untuk wasiat kedua, anak pertama menjelaskan, 'Ayah berpesan supaya kalau aku pergi atau pulang ke tempat bekerja, aku tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya aku harus naik angkutan, padahal sebenarnya bisa saja berjalan kaki untuk menghemat. Tetapi dengan naik angkutan, pengeluaranku bertambah banyak.'

Anak kedua ditanyakan hal yang sama. Mengapa ia bisa begitu kaya raya dan hidupnya makmur. Katanya, 'Ayah berpesan, aku tak boleh menagih orang yang berutang padaku, makanya aku tak pernah lagi memberi utang kepada para pelanggan.' 

Sedangkan untuk wasiat kedua, anak kedua menjelaskan, 'Ayah berpesan, jangan terkena sinar matahari jika keluar rumah, maka aku berangkat lebih pagi sebelum matahari terbit, dan aku akan pulang ke rumah setelah matahari terbenam. Jadi aku dapat membuka tokoku lebih cepat dari toko yang lain dan lebih lama menutup tokoku sampai matahari telah terbenam.'

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana sebuah kalimat ditanggapi dengan persepsi yang berbeda. Jika kita memaknainya dengan sudut pandang positif, maka segala hambatan dapat diatasi dengan baik. Tetapi bila kita bisa memandangnya dari sudut pandang yang negatif, maka hambatan yang dihadapi terasa begitu sukar untuk dilewati.