Dalam suatu danau yang airnya dalam hiduplah satu jenis burung yang
memakan ikan dengan paruhnya. Burung-burung itu hidup berkelompok dan bergerombol. Hidup di danau memang
keras hanya burung dengan paruh yang panjang dan cekatan saja yang dapat
menangkap banyak ikan.
Sedangkan burung yang paruhnya pendek dan tidak cekatan hanya dapat
sedikit ikan dan setiap hari masih merasa lapar karena tidak cukup
makan.
Di lain pihak hidup pula kawanan burung yang tinggal di danau yang
airnya dangkal. Mereka mencari makan dengan cakar mereka, makanan mereka
ikan -ikan kecil yang sering bersemayam di dasar danau. Hanya burung
dengan cakar yang panjang dan cekatan saja yang dapat mendapatkan
makanan yang banyak.
Musim kemarau panjang mulai datang dan tak ayal juga melanda kedua
danau tempat kawanan burung itu tinggal. Sebagian di danau pertama
menjadi kering namun masih ada cukup makanan buat kawanan burung itu.
Namun tidak demikian di danau yang lain. Musim kemarau telah membuat danau itu kering .
Namun tidak demikian di danau yang lain. Musim kemarau telah membuat danau itu kering .
Musim kering membuat kawanan burung lain yang berada di danau yang
dangkal telah kering memaksa mencari tempat yang masih terdapat air dan
ikan.
Mereka satu persatu pindah ke danau pertama tempat kawananan burung
yang masih ada airnya. Kawanan burung yang baru datang tadi mulai
mencari makan dengan cakarnya.
Namun karena danau di tempat yang baru dalam dan mencari ikan dengan
cakar tidak begitu efektif, mereka harus belajar mencari makan dengan
paruh mereka.
walaupun sangat sulit karena paruh mereka tidak didesain untuk itu, mereka tetap giat mencari makan disana.
walaupun sangat sulit karena paruh mereka tidak didesain untuk itu, mereka tetap giat mencari makan disana.
Dengan susah payah dan belajar dengan coba salah ulangi lagi salah
ulangi lagi terus dengan gigih mencari makan. Mereka mulai mencontoh
burung yang sudah tinggal disana sebelumnya. Dan menemukan cara yang
efektif menggunakan paruh mereka
Kawanan burung yang sebelumnya tinggal disana mulai merasa resah.
Kebanyakan yang resah adalah burung dengan paruh yang lebih pendek dan tidak begitu cekatan mencari makan. Hidup mereka terasa terancam dengan datangnya kawanan burung yang baru datang.
Walaupun sebenarnya makanan masih tersedia banyak di danau itu dan cukup untuk mereka semua.
“Wah kalo begini kemungkinan kita mendapat makanan semakin
kecil saja nih” ujar salah satu burung yang tidak cekatan.
Kebanyakan yang resah adalah burung dengan paruh yang lebih pendek dan tidak begitu cekatan mencari makan. Hidup mereka terasa terancam dengan datangnya kawanan burung yang baru datang.
Walaupun sebenarnya makanan masih tersedia banyak di danau itu dan cukup untuk mereka semua.
“Wah kalo begini kemungkinan kita mendapat makanan semakin
kecil saja nih” ujar salah satu burung yang tidak cekatan.
“Benar, lihat saja cara mereka mencari makan, sangat tidak berguna
menggunakan
cakar dan paruh yang tidak begitu kuat bukan buat menangkap ikan di
perairan dalam seperti kita” timpal burung yang lain.
cakar dan paruh yang tidak begitu kuat bukan buat menangkap ikan di
perairan dalam seperti kita” timpal burung yang lain.
“Bagaimana menurutmu ?” ujar salah satu burung yang mempunyai paruh lebih pendek
dan kurang cekatan yang kepada burung sangat cekatan mencari makan.
dan kurang cekatan yang kepada burung sangat cekatan mencari makan.
Namun burung yang cekatan itu menghiraukan pertanyaan burung tadi.
Baginya dia tidak merasa takut akan kekurangan makanan. Makanan begitu
banyak tersedia di danau dan dia dapat tetap mencari makan dengan
paruhnya yang panjang dan cekatan.
Baginya dia tidak merasa takut akan kekurangan makanan. Makanan begitu
banyak tersedia di danau dan dia dapat tetap mencari makan dengan
paruhnya yang panjang dan cekatan.
Moral of Story :
Kita terkadang menyalahkan orang lain karena ketidakmampuan kita.
Bukan merefleksi diri dan memperbaiki kekurangan kita. Secara tidak
sadar kita takut tempat mencari makan kita diambil oleh orang lain
(mentalitas kekurangan). Padahal Allah swt tuhan semesta alam
memberikan rejeki kepada kita yang tidak terhingga.
Masihkah ada mentalitas kekurangan seperti itu dalam diri kita sebagai seorang
karyawan ?.
Bukan merefleksi diri dan memperbaiki kekurangan kita. Secara tidak
sadar kita takut tempat mencari makan kita diambil oleh orang lain
(mentalitas kekurangan). Padahal Allah swt tuhan semesta alam
memberikan rejeki kepada kita yang tidak terhingga.
Masihkah ada mentalitas kekurangan seperti itu dalam diri kita sebagai seorang
karyawan ?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar