"Ibarat harapan seorang penggali sumur, jika galiannya belum mengeluarkan air, maka dia akan terus berusaha memperdalam galian sampai akhirnya mengeluarkan air. Begitupun kita dalam beribadah dan berdo`a. Jika kita belum merasakan nikmat atau manisnya beribadah dan doa belum dikabulkan, teruslah berusaha jangan pernah berputus asa, mungkin masih terhalang oleh dosa-dosa yang kita perbuat. Berkaitan dengan putus asa, Alloh berfirman : "..Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf : 87) Untuk itu, optimislah dalam berdoa dan beribadah, jauhilah rasa putus asa. Semoga Alloh SWT menjadikan kita hambanya yang kuat. Amin Wassalamualaikum !
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Album Anggota Keluarga

Hidup Ini Pilihan

Kamis, 16 Mei 2013

Garam Kehidupan

 Eyang / Wak  Nasir ( Acing )   bersama   Wak / Oom Iman

Pada suatu hari datang seorang anak muda yang tengah dirundung banyak masalah pada seorang kakek bijak. Langkahnya gontai dan air muka yang muram.

Kala menceritakan semua masalahnya, pak tua bijak hanya mendengarkannya dengan seksama. Setelah itu ia mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam tersebut kegelas air dan diaduknya perlahan. Pak tua meminta anak muda meminumnya : “Coba minum air ini dan katakan bagaimana rasanya…”

“Asin. Asin sekali!”, jawab anak muda itu sambil memuntahkan air asin dari gelas itu.

Pak tua hanya tersenyum. Ia lalu mengajak anak muda itu berjalan ke tepi telaga di hutan dekat tempat tinggalnya. Sesampainya di telaga, pak tua kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. 

Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang untuk mengaduk-aduk air telaga itu. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah.” Saat anak muda itu selesai mereguk air itu, pak tua bertanya kembali : “Sekarang bagaimana rasanya?”.

“Segar
”, sahut anak muda itu. “Apakah kamu merasakan garam dalam air telaga itu?” tanya pak tua lagi. Anak muda ini menjawab : “Tidak”.

Dengan bijak orang tua berkata : 

Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang banyaknya. Jumlah dan rasa asin itu adalah sama antara yang ada dalam gelas dan yang ditabur dalam telaga”.
“Kepahitan itu akan didasarkan dari tempat dimana kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semua itu. Luaskan hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu”.
 

Pak tua itu kembali memberikan nasehatnya.  
“Hatimu adalah wadahmu. Perasaanmu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu itu seperti gelas,  buatlah laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan”.



Tidak ada komentar: