"Ibarat harapan seorang penggali sumur, jika galiannya belum mengeluarkan air, maka dia akan terus berusaha memperdalam galian sampai akhirnya mengeluarkan air. Begitupun kita dalam beribadah dan berdo`a. Jika kita belum merasakan nikmat atau manisnya beribadah dan doa belum dikabulkan, teruslah berusaha jangan pernah berputus asa, mungkin masih terhalang oleh dosa-dosa yang kita perbuat. Berkaitan dengan putus asa, Alloh berfirman : "..Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf : 87) Untuk itu, optimislah dalam berdoa dan beribadah, jauhilah rasa putus asa. Semoga Alloh SWT menjadikan kita hambanya yang kuat. Amin Wassalamualaikum !
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Album Anggota Keluarga

Hidup Ini Pilihan

Rabu, 20 Oktober 2010

Dibalik Sebutir Nasi



Assalammua'laikum Warrahmatullahi Wabarrahkatuh,

"Sesungguhnya mubadzir ( pemborosan ) itu saudara-saudara syaithan".

(Isro' / 27)

 
Pembaca yang dicintai Allah SWT, terfikirkah oleh kita bahwa ketika
sebuah hidangan telah siap di meja dan siap untuk kita nikmati, ada
sekian banyak faktor pendahulu yang mesti menjadi renungan bagi kita
semua agar rasa syukur kita kepada Allah SWT makin terasah dan berkualitas.
Ada sekian banyak petani yang banting tulang peras keringat untuk  membajak, menanam dan mengairi sawah untuk sepiring nasi dan semangkuk sayur kita, ada para peternak yang dengan penuh kesabaran memelihara hewan ternaknya untuk sekerat lauk buat kita, ada sekian banyak kuli panggul, tukang masak, dan para buruh lainnya yang siap memberikan
pelayanan untuk kepuasan kita. Dan masih banyak faktor lain yang perlu kita cari dan kita renungkan.

Berikut ini kisah yang akan memicu kita menjadi hamba yang sangat  mensukuri nikmat Allah SWT.

Dikisahkan di sebuah kerajaan kecil,sang raja mempunyai seorang putra  yang sangat di manjakan. Merasa sebagai anak semata wayang sekaligus putra mahkta kerajaan,dia tumbuh menjadi remaja yang urakan,tidak tahu sopan santun dan tidak mau menghargai Orang lain.Ia bahkan suka melecehkan para pengasuhnya. Karena itu,pangeran kecil ini di benci dan
di hindari oleh para pengasuh maupun pegawai istana lainnya.

Walau di benci dan di jauhi,pangeran kecil ini masih punya satu-satunya  sahabat seusia yang setia kepadanya, yaitu si bocah laki-laki anak dari si juru masak istana. Si bocah tinggal di bangunan kecil jauh di belakang istana kerajaan. Karena dilarang menginjakkan kakinya ke dalam istana, maka sang pangeran kecillah yang biasanya datang bermain ke
rumah si bocah.

Suatu hari, pangeran kecil meminta bocah untuk menemaninya makan siang di ruang makan istana. Bukan menemani makan, tetapi berdiri manis menunggui sambil melihat sang pangeran makan. Sesaat sebelum makan, pangeran kecil terlihat menundukkan kepala sambil mulutnya berkomat-kamit seolah sedang berdoa. Sejenak kemudian, pangeran kecil
mulai melahap hidangan yang tersaji di meja makan. Semua jenis makanan yang enak, enak dan mahal dicicipi. 
Sang Pangeran bersantap sambil bertingkah seperti orang yang sedang kelaparan dan ingin menghabiskan semua makanan di atas meja. Kadang ia hanya mencuil dan menggigit
makanannya, lalu memuntahkan dan membuang sisanya di meja. Meja makan jadi berantakan dan sisa-sisa makanan berserakan di mana-mana. Sang pangeran seperti sedang mengolok-olok sahabatnya yang hanya berdiri memandanginya.

Tapi bukannya merasa dihina, si bocah kecil itu malah tersenyum-senyum  sedari tadi. Pangeran kecil pun jadi tersinggung dan marah melihat kelakuan sahabatnya. "Hai... apa yang kamu tertawakan? Beraninya kamu tertawa seperti itu dihadapanku ? Kamu iri melihat aku makan enak?" teriak pangeran kecil. 
" Tidak, tidak ada apa-apa...," jawab si bocah.

"Kalau tidak ada apa-apa, mengapa kamu tertawa ? Apanya yang lucu ?"
tanya sang pangeran sengit." Pangeran jangan cepat marah. 
" Hamba sungguh senang dan tidak menyangka sama sekali, bahwa seorang pangeran pun
ternyata juga berdoa sebelum makan. Apa yang pengeran ucapkan dalam doa
tadi?" tanya si bocah.

"Walaupun aku seorang pangeran, aku juga orang beragama. Di agamaku  sejak kecil diajarkan, supaya setiap hendak makan mengucapkan doa terimakasih kepada yang maha kuasa, atas pemberian makanan yang dihidangkan untukku," jelas sang pangeran dengan bangga.
Si bocah kecil tetap saja tersenyum-senyum. Tapi kali ini ia berani berkata demikian,"
menurut pendapat hamba yang mulia, rasa syukur dan terimakasih itu akan lebih berarti bila ditujukan juga kepada orang-orang yang telah menyediakan semua bahan makanan, dan memasak hingga tersaji hidangan di meja ini," kata si bocah."Lihatlah sisa makanan yang berceceran di piring dan meja itu. Perlu berapa orang untuk membuat itu semua?" 
"Apa maksud kata-katamu itu ? Aku kan seorang pangeran yang boleh berbuat apa saja sesuai kehendakku..." kilah sang pangeran .

Tanpa banyak mendebat si bocah tadi mengajak Sang Pangeran menuju ke  dapur istana untuk melihat para pekerja dapur yang begitu sibuk menyiapakan makanan serta membuat berbagai macam masakan. Saat mereka berkeliling, dari pintu belakan istana tampak seorang petani sedang membawa sekarung beras sebagai hantaran wajib ke istana. 
Pangeran kecil menyapa si petani bak seorang raja yang berkuasa,"hai...paman...terima
kasih atas persembahanmu, bagaimana panen padi kali ini?" tanya sang pangeran berlagak bijak.
"Panen kali ini buruk sekali,Tuan,"jawab si petani ketakutan."sudah tiga bulan kami bekerja keras, dari membajak, menanam, mengairi sawah sampai memupuk tanaman, tapi hasilnya sia-sia .
Sawah ladang dihancurkan tikus dan hama wereng. Jadi, ampuni kami karena
hanya mampu mempersembahkan sekarung beras ini, hanya itu yang kami
punya. Karena kami pun belum tahu bagaimana memberi makan anak istri
kami," ujarnya sambil menghela nafas panjang.

Mendengar jawaban itu, pangeran kecil tesentak dan baru tersadar.  Ternyata rakyatnya sangat menderita dan terancam kelaparan.Sementara dirinya malah menyia-nyiakan dan membuang-buang makanan yang begitu beharga.
Sang pangeran kecil kemudian lari meninggalkan tempat itu karena merasa malu pada diri sendiri. Sejak peristiwa itu, tingkah laku pengeran kecil berubah total. Ia menjadi anak yang sopan dan mau menghargai orang lain. Setiap kali makan, ia selalu mengingatkan dirinya sendiri, "jangan sisakan sebutir nasipun di piringmu...!"

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat
kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih (QS 14:7)

Mulai saat ini jika masih ada tersisa hidangan di piring kita, ingatlah
masih ada jutaan saudara kita yang masih kekurangan gizi dan makan.

Jangan sia-siakan yang tersisa, Abadikan dengan Sedekah,

Wassalam,

Tidak ada komentar: