"Ibarat harapan seorang penggali sumur, jika galiannya belum mengeluarkan air, maka dia akan terus berusaha memperdalam galian sampai akhirnya mengeluarkan air. Begitupun kita dalam beribadah dan berdo`a. Jika kita belum merasakan nikmat atau manisnya beribadah dan doa belum dikabulkan, teruslah berusaha jangan pernah berputus asa, mungkin masih terhalang oleh dosa-dosa yang kita perbuat. Berkaitan dengan putus asa, Alloh berfirman : "..Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf : 87) Untuk itu, optimislah dalam berdoa dan beribadah, jauhilah rasa putus asa. Semoga Alloh SWT menjadikan kita hambanya yang kuat. Amin Wassalamualaikum !
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Album Anggota Keluarga

Hidup Ini Pilihan

Kamis, 30 Mei 2013

Kisah seutas benang

 
Lidya , Dinda & Mama  antri  karcis  di  Universal Studio - Singapore

Awalnya, ia hanya seutas benang. Faktanya, bahkan ia jauh beribu-ribu lebih
halus dari benang yang kita tahu. Tipis, kecil, tak terlihat dan terabaikan.

Anehnya, setiap kita melakukan sesuatu yang sama, ia menebal. Melakukan
sekali lagi, iapun kembali menebal sekali lagi. Pengulangan menebalkan
sekaligus menguatkan benang yang tadinya hanya seutas itu.

Sehari, seminggu, sebulan, setahun..benang itupun semakin kuat. Setelah
kuat, benang itu segera menunjukkan kekuasaannya. Mereka (karena tidak lagi
sehelai) mengontrol kehidupan seseorang, tanpa disadari. Menguasai cara
berkata-kata, bertindak, bahkan setiap reaksi terhadap sesuatu.

Kekuasaan merekapun beragam, ada yang positif dan memuliakan, namun ada
pula yang negatif, mengungkung, memperbudak, menjerumuskan. Semuanya tergantung "penguatan" yang dilakukan tuannya. Di titik inilah
mereka bisa jadi "senjata pamungkas" atau "senjata makan tuan". Sekali
lagi, semua ditentukan oleh kita, tuannya.

Benang itu adalah : neuro (syaraf) kita. 

Jalinannya yang kuat membentuk "kebiasaan" kita. Akhirnya bermuara pada "karakter". 
Kita adalah Sang Tuan, yang lewat pengulangan sikap, cara berpikir, reaksi dan sensasi, menyebabkan mereka 'berkembak-biak'. Menebal, menguat kemudian menguasai.

Menjadi demikian "otomatis" namun jika disadari, proses menenunnya ternyata jauh dari otomatis.

Satu kata, satu tatapan, satu senyum ramah, satu kepedulian, satu
kebaikan, satu ketulusan, satu amarah, satu dusta, satu kelicikan...
SELALU berupa penguatan!

The beginning of a habit is like an invisible thread, but every time we
repeat the act we strengthen the strand, add to it another filament, until
it becomes a great cable and binds us irrevocably, thought and act” (Orison
Swett Marden)

Tidak ada komentar: