Menurut salah satu riwayat, dijelaskan berdoa bisa dengan menggunakan bahasa apa saja, bukan hanya dengan bahasa Arab, Yunani, Inggris ataupun apa saja bahasa Ibu kita.
Andaikan manusia itu digolong-golongkan, saya termasuk kaum nomaden. Hidupnya dalam satu periodik di kota satu dan di periodik lain di kota yang lain pula.
Lahir di Jakarta dan besar di Ibukota - Jakarta , pernah tugas di Jawa Barat , Surabaya , Denpasar , Malang dan Bandung , dan sekarang tugas serta tinggal di Medan , Propinsi Sumatra Utara.
Tentu saja sebagai insan yang memiliki kesenangan belajar bahasa daerah, saya selalu mencoba mempelajari bahasa daerah di manapun saya berada.
Berikut adalah penggalan salah satu kalimat ketika saya berdoa dalam berbagai versi bahasa daerah. Yang paling netral adalah Bahasa Indonesia, contohnya : “Ya Allah aku memohon kepada Mu....”
Sekarang dalam Bahasa Jawa : “Duh..Gusti Pangeran, Kulo nyuwun pangapunten....”.
Dalam Bahasa Sunda : “ Nun Gusti, abdi nyuhunken....”
Atau yang ini dalam Bahasa Batak : " Ale Allah hu pangido tu ho asa lehon hahipason di hami . . . "
( Ya Allah saya mohon berikan kesehatan kepada keluarga kami )
Nah sekarang cobalah praktekkan dalam Bahasa Betawi : “ Ya Allah, Gue mohon Elo..”,
Rasanya kok menjadi tidak etis, marilah kita mencobanya lagi yang lebih halus dengan Bahasa Betawi halus atau tingkat tinggi “ Ya Allah, ane mohon Ente..”, rasanya masih terasa janggal.
Agar lebih enak terdengarnya maka untuk orang Betawi kalau berdoa dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Melayu.
Sebenarnya, maksud berbahasa adalah sebagai media untuk berkomunikasi agar bisa dimengerti baik oleh pembicara (komunikator) dengan pendengarnya. Hanya saja melalui budaya dan persepsi, tentunya harus ada adab sopan santun dalam berbahasa.
Karena Tuhan ( baca : Allah ) mencintai yang indah-indah seperti salah sifat Nya yang Maha Indah, maka sangatlah baik apabila berdoa kepada Nya dengan bahasa yang baik, bila perlu dengan bahasa sastra yang Indah.
Hakikatnya Allah itu memahami apa yang tersirat maupun tersurat dalam hati kita, bukankan “tak ada satu helai daunpun yang jatuh tanpa seijinNya?”, karena Tuhan itu Maha Meliputi Segala Sesuatu di alam ini ataupun alam akhirat nanti. Jadi bahasa apapun tetap baik, asal pandai menyajikannya.
Mari kita mencoba, belajar menata doa kita, yang rasanya dari hari hanya itu-itu saja yang disampaikan, dan mencoba melangkah untuk mendoakan keluarga, kawan, dan seluruh bumi dan seisinya.
“Ya Allah kami, kami memohon ampun kepada Mu atas segala kesalahan kami,
Semoga berkah Mu selalu hadir dalam tiap langkahku, dan seluruh mahluk ciptaan Mu,
Semoga tetap damai di dunia dan akherat, amin..”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar